
Prediksi sejumlah pakar geologi tentang kemungkinan terjadinya gempa besar di Indonesia, perlu disikapi dengan bijak dengan kewaspadaan. Prakiraan bukan sekadar isu atau isapan jempol belaka. Prediksi tersebut muncul dari hasil analisa dan kajian ilmiah para pakar dan ahli atas potensi gempa di Indonesia. Kawasan Sumatera Barat, masuk kategori daerah paling rawan.
Pandangan tersebut dikemukan oleh Deputy Chairman Of Earth Sciences-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, J Sopaheluwakan dalam pertemuan bertajuk “Internasional Meeting on Sumatran Earthquake Challenge” di Padang, beberapa waktu lalu. Pertemuan yang berlangsung pada Agustus 2008 lalu itu, layak menjadi referensi mengingat seringnya terjadi gempa di sejumlah wilayah di Indonesia saat ini.
Dituturkan dia, komunitas pakar gempa dan tsunami internasional telah menyatakan bahwa kota Padang, di Sumatera Barat merupakan daerah yang paling rawan terhadap potensi terjadinya tsunami di dunia. Pengulangannya sekitar 200 tahun ke depan, sejak terakhir terjadi pada 1833.
“Analisa ini bukan isu, isapan jempol atau akal-akalan, karena yang memberikan penjelasan itu adalah para ahli dan tidak mungkin mereka bohong. Untuk itu perlu disikapi secara arif dan tidak perlu panik,” kata Sopaheluwakan.
Dalam pertemuan yang dilaksanakan atas kerjasama LIPI, California Institute of Technology (Caltech) dan Japan Society fot Promotion of Science (JSPS) itu dihadiri 60 pakar gempabumi dan tsunami dari Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Perancis, Taiwan dan Indonesia.
Mereka bertemu untuk membahas masalah gempa dan tsunami di Sumatera, serta menggagas bersama-sama langkah antisipasi dimasa datang. Para pakar ini terdiri atas 35 pakar asing dan 25 pakar dalam negeri, dengan beragam disiplin ilmu seperti paleo-seismik, paleo-tsunami, seismologi, tektonik geodesi, engineering seismologi, earthquake engineering, tsunami early system modern dan pakar pendidikan masyarakat untuk masalah gempa dan tsunami.
Terkait atas analisa tentang potensi gempa dan tsunami tersebut, Sopaheluwakan menyarankan pemerintah Kota Padang bisa mencontoh sikap dan pemerintah Sizuoka, bagian selatan Tokyo. Dikatakan Sopaheluwakan, kondisi wilayah Sizuoko mirip dengan Padang. Pemerintah Sizuoka tersebut, mengantisipasi potensi dan ancaman gempa dan tsunami dengan berbagai persiapan, antara lain dengan membangun pusat komunikasi, logistik yang cukup tersedia, makanan yang disimpan sepuluh tahun serta penjernih air.
"Dengan memperkirakan ketinggian gelombang tsunami setinggi 9 meter, mereka juga membuat gunung-gunung buatan setinggi 11 meter dan memiliki rute evakuasi yang dilengkapi dengan tanda-tanda penyelamatan, serta membangun bendungan," katanya.
Jika tsunami benar-benar datang, kata Sopaheluwakan, hantaman gelombangnya akan dapat dihambat oleh penahan gelombang dilengkapi dengan "green belt" dan membangun sebuah kota pengungsi di belakang pengunungan.
Lebih jauh ia menjelaskan potensi bencana gempa dan tsunami di Padang juga akan merambat ke kabupaten dan kota disekitarnya termasuk Pariaman, terus ke Bengkulu, Anyar, Lampung dan Pelabuhan Ratu. “Kita jangan panik, tapi lebih baik salurkan energi was-was itu menjadi persiapan dan setiap saat kita harus siap. Kondisi riilnya Padang memang akan ditimpa tsunami, dimana waktu perulangannya setiap 200 tahun sekali," katanya.
Pada bagian lain, Sopaheluwakan mengapresiasi sikap pemko Padang yang sejak dini mulai melakukan berbagai langkah antisipasi antara lain membuat peta evakuasi. Tata ruang dibenahi lagi, jalur-jalur pantai diperlebar, dan tetapkan bangunan tinggi yang layak menjadi tempat evakuasi vertikal. “Bangun menara observasi di kawasan-kawasan yang paling rawan,” katanya dan menambahkan, menara tersebut sekaligus bisa berfungsi sebagai objek pariwisata.
Waspada, Prediksi Gempa Besar Bukan Isapan Jempol
Jumat, Juli 02, 2010
.:¤zheviklat¤:.



